Penulis             : Yulia Pratiwi

Tema               : Misteri

Pemain            : Molly

Sania

Suara 1 ( Jehan )

Suara 2 ( Tara )

Suara 3 ( Messy )

Suara 4 ( Allen )

Suara 5 ( Ran )

Suara 6 ( Zahra )

            .....

_ ADEGAN 1 _

Seorang perempuan berdiri di tengah panggung. Dia sedang membaca buku, sambil menunggu sesuatu, mungkin. Karena dari tadi dia selalu melirik jam yang melingkar di tangan kanannya. Sesekali dia tersenyum. Mungkin yang dibacanya sekarang adalah sebuah komik? Entahlah...

Karena lelah berdiri, dia memilih untuk duduk di sebuah kursi yang memang sudah tersedia di panggung. Masih diaktifitasnya semula, yaitu membaca sambil melirik jam. Tapi lama kelamaan, intensitas melirik jamnya mulai berkurang. Sepertinya dia sudah terbawa oleh bacaannya.

10 menit kemudian, tidak ada yang berubah, hanya saja, dia seperti tidak fokus lagi terhadap bukunya. Dia menengok ke kanan, ke kiri, dan ke belakang. Apa yang dia cari sebenarnya? Entahlah....

# suara tawa beberapa orang yang sangat kecil #

Awalnya dia tidak menghiraukan suara itu. Dia hanya menganggapnya angin lalu. Tapi.....

# suara tawa yang sekarang terdengar jelas di telinganya #

Dia langsung berdiri, buku yang sedari tadi dia baca jatuh tanpa dia sadari. Dia tidak mengambil bukunya yang jatuh, tapi dia justru menginjaknya? Ada apa sebenarnya?

# suara tawa itu bertambah keras, seakan lebih banyak lagi orang yang tertawa #

“Siapa? ..... Siapa? .... Siapa disana? ...... Siapa kalian?...... Siapa? .... Siapa?”

Dia berteriak sambil mengelilingi kursi yang tadi didudukinya. Bukunya sudah tidak terlihat lagi. Mungkin sudah ia tendang saat berputar tadi.

# suara tawa itu, perlahan-lahan mengecil, mengecil, mengecil, dan menghilang #

Karena sudah tidak ada lagi yang ia dengar, ia memilih untuk duduk kembali di kursi yang di dudukinya tadi. Dia memukul-mukul telinganya sambil menelengkupkan wajahnya. Dia belum sadar, bahwa bukunya sudah tidak ada di tangan atau di dekatnya.



...........



Seseorang datang dari arah sampingnya. Mungkin orang itu adalah orang yang ditunggunya dari tadi.

“Molly?.... Molly? .... Kau kah itu?”

Molly masih menutup telinganya, bahkan makin erat. Dia belum mengangkat wajahnya. Bukan karena tidak mau, tapi dia takut.

Molly? .... ....... Molly?”

Orang itu memberanikan diri untuk menyentuh pundak Molly.

“Siapa lagi? ............ Siapa lagi? ....... Aku bahkan bisa merasakan sentuhannya?”

Molly bahkan mengucapkan itu sambil menggoyang-goyangkan badannya karena takut. Dia masih menutup telinganya dan menelengkupkan wajahnya, sehingga dia tidak bisa melihat siapa orang yang ada didekatnya.

Orang yang ada didekat Molly bingung melihat tingkahnya yang seperti orang gila itu.

“Molly,,,.... ini aku”

Lagi, orang itu menyentuh pundak molly. Sekarang dia tidak melepaskannya. Bahkan dia sekarang sudah ada didepan Molly dan memegang kedua pundak Molly dengan kedua tangannya. Dia mengguncang tubuh Molly.

“Molly,,, sadarlah,, ini aku..”

Molly belum merespon, tapi dia sudah terlihat lebih tenang.

“Sania? ...”

Itu kata pertama yang diucapkan Molly, masih dalam keadaan dia menutup telinganya dan menelengkupkan badannya.

“Ya,, ini aku,, Sania,, temanmu......”

“Sekarang angkat wajahmu dan lepaskan tanganmu dari telingamu.. Telingamu bisa sakit jika kau terus menekannya seperti itu”

Molly mulai mengangkat wajahnya dengan sangat perlahan. Tapi masih dengan tangan yang menutupi telinganya.

Saat dia sudah melihat dengan jelas siapa yang ada di depannya, dia langsung memeluknya.

“Tenanglah, tidak ada apa-apa disini.. Tenanglah”

Sania menenangkan Molly dengan menepuk-nepuk punggungnya dan mengatakan ‘Tenanglah’ ‘Tenanglah’ dan ‘Tenanglah’.

Saat melihat Molly yang hampir terlelap dalam pelukannya,, Sania melepaskan pelukannya dan menuntun Molly untuk pergi dari tempat itu. Sania belum menanyakan apa-apa kepada Molly, karena dia tau, pasti ada sesuatu yang membuat temannya seperti itu. Dan dia akan bertanya jika Molly sudah siap menjawab pertanyaannya.



[panggung kosong sesaat]



..............



_ADEGAN 2_



[di teras rumah Molly, 1 jam setelah kepergian Sania]



Molly hanya duduk termenung. Sebenarnya, tadi sebelum Sania pergi, dia sudah tertidur dikamarnya. Ah, bukan tertidur, tapi lebih tepatnya pura-pura tidur karena dia juga tidak tega melihat temannya tetap terjaga untuk menjaganya. Jadi dia mengambil jalan pintas dengan berpura-pura tidur, sehingga temannya tidak khawatir lagi dengannya.

# Suara 1         : Bukankah tadi dia sudah terlelap? Kenapa harus bangun lagi?.

Suara 2         : Entahlah, mungkin dia memang seperti itu. Selalu membuat kita susah saja.

Suara 3         : Hei, kalian jangan ribut. Dia tidak bisa tertidur jika kalian terus berbicara. #

Ekspresi Molly yang semula datar, tiba-tiba berubah menjadi ketakutan dan gelisah. Dia mendengarnya lagi. Ya, suara itu, suara itu,, dia mendengarnya lagi. Lagi. Molly menaikkan kakinya ke kursi. Dia memeluk lututnya, mungkin untuk mencari kehangatan. Karena ini memang sudah malam, di tambah sekarang dia sedang ada di teras.

# Suara 2         : Hei lihat,, ekspresinya lucu sekali. (tertawa)

Suara 3          : Tara, kau membuatnya tambah ketakutan. Berhentilah bicara.

Suara 2          : Tapi dia memang sangat lucu, kak. Iya kan Jehan?

Suara 1         : Benar apa kata Tara, kak. Dia memang sangat lucu kalau ketakutan. (tertawa bersama tara) #

Molly bisa mendengar semuanya. Ya, semuanya. Meskipun awalnya hanya berupa kata yang tak berbentuk kalimat, tapi sekarang dia bisa mendengar semuanya dengan jelas. Tapi tetap saja, dia masih tidak mengerti apa maksud dari suara itu, dan dia masih ketakutan, tentu saja.

# Suara 3         : (menyadari sesuatu) Dimana Zahra? Bukankah kita selalu bersama Zahra? Kenapa hanya kalian berdua yang aku dengar dari tadi?

Suara 1         : Iya ya kak, aku juga baru sadar kalau Zahra tidak pernah kelihatan ataupun terdengar.

Suara 2         : Bukannya kau memang tidak pernah memperhatikan Zahra? Kau itu hanya mencari sesuatu yang berbau game, datang saat dipanggil atau saat bosan karena tidak menemukan game. Bukankah seorang Jehan seperti itu? (menyindir jehan)

Suara 1         : Wow,, kau fansku ya? Kenapa kau bisa tau kebiasaanku? (berbalik menyindir Tara).

Suara 3         : Yaa,, kenapa kalian malah berantem?

Suara 1         : Dia duluan kak Messy,, (menunjuk Tara). Dia bilang kalau aku itu maniak game. (muka cemberut)

Suara 2         : Yaa, kapan aku bilang kau maniak game? Aku hanya bilang kalau kau itu hanya mencari sesuatu yang berbau game.

Suara 1         : Itu sama saja bodoh (teriak)

                     Percakapan mereka terhenti, karena....... #

Ternyata Molly sudah tidak tahan lagi. Dia tidak tinggal diam seperti tadi, saat pertama kali dia mendengarkan suara aneh itu. Sekarang Molly memegang sebuah pecahan beling.

Molly berdiri tegak masih diteras rumahnya. Ternyata beling itu dari pecahan kaca yang tadi dia lemparkan. Sesekali dia melakukan gerakan berputar. Meskipun tindakan Molly saat ini terlihat berani, tapi sebenarnya masih terlihat jelas rasa ketakutan di matanya. Sangat besar.

“Dimana?......... Dimana?.......... Dimana kalian?” (suara pelan)

Molly masih melakukan gerakan berputar ditempatnya. Seolah menunjukkan bahwa dia tau, serangan akan datang dari arah manapun.

“Kalian dimana?.............. Dimana?............. Apakah didalam?............. disana?.......... Atau disitu?.............. Atau mungkin disini?” (mulai berteriak dan menunjuk kesana kemari)

Kentara sekali bahwa Molly selalu menghembuskan nafas kasar disetiap jeda yang diucapkannya.

# Suara 4         : kasian sekali dia, (pura-pura sedih)

Suara 5          : haha, benar itu kak, dia sudah seperti orang gila. #

Molly menajamkan pendengarannya. Dia sudah bertekad untuk menemukan asal suara-suara aneh itu. Karena dia yakin, itu terasa sangat dekat dengannya dan ditambah lagi itu bukan hanya satu atau dua suara, tapi pasti lebih dari itu. Itu keyakinannya.

Pertanyaannya adalah, ‘Kenapa dia tidak pernah bisa menemukan asal suara itu, sedangkan dia sudah yakin bahwa suara itu sangat dekat dengannya?’



# Suara 2         : kak Messy, bukankah itu suara Allen dan Ran?

Suara 3          : Iya, itu mereka, dan Zahra pasti ada pada mereka.

Suara 1          : Dan pasti juga mereka yang membuat kita terjebak disini. #

Molly terduduk. Dia sudah menyerah untuk melawan, beling yang di pegangnya tadi, dia lemparkan ke dinding rumahnya. Yang dia lakukan sekarang hanya menutup telinganya, meskipun tetap saja, volume suara itu tidak berkurang sedikitpun.

# Suara 6         : kak Messy, kau meninggalkanku bersama orang jahat itu.

Suara 3          : Maafkan kak Messy, kak Messy tidak akan mengulanginya.

Suara 1         : Sebenarnya bukan salah kak Messy, tapi kau sendiri yang selalu berkeliaran. (menindir Zahra) #

Molly menutup telinganya erat.

“Pergi....... Pergi........ Aku tidak tau siapa kalian...... Pergi........ Pergi”

# Suara 3         : Allen, kenapa kau melakukan ini?

Suara 4         : Karena aku ingin. Dan karena ini sangat mengasyikkan.. Hahaha (tertawa bersama Ran). #

“Pergi .......................” (Molly berteriak)

# Suara 3         : Kau lihat? Kau membuat orang yang tidak bersalah jadi seperti ini.

Suara 4         : Tidak bersalah? Kau membelanya? Kau tidak menghormati Guru lagi?

Suara 3         : Apa maksudmu tidak menghormati Guru?

Suara 4         : Kau tidak ingat apa yang dikatakan Guru? ‘Jangan biarkan orang lain membaca buku kita’.

Suara 3         : Tapi dia tidak sengaja.

Suara 4         : Tidak sengaja apanya? Jelas-jelas dihalaman pertama buku itu tertulis ‘ DON’T OPEN THIS BOOK, IF YOU NOT A PART OF US’

Suara 3         : Tapi dia tidak mengerti arti kalimat itu.

Suara 4         : Berarti dia orang bodoh. #

“Ku mohon......... Berhenti berbicara tentang apa yang  tidak ku mengerti......... Ku mohon............. Ku mohon”

# Suara 3         : Allen? Apa kau masih disini?

Suara 4          : Ya, ada apa? (ketus)

Suara 3          : Apa aku bisa mengakhirinya? (memohon)

Suara 4          : Terserah kau saja.(cuek tapi tetap ketus)

Suara 3         : Benarkah? Aku juga bisa mengajaknya bicara kan?

Suara 4         : Tergantung dianya, dia kan orang bodoh. Jadi aku tidak yakin kau bisa berbicara langsung dengannya. #

Molly mengganti posisi duduknya, dia tidak lagi mentup telinganya, tapi dia memeluk lututnya.

# Suara 3         : Molly?....... Molly?........Molly? #

Molly tidak merespon.

# Suara 3            : Molly, kau tidak usah takut. Aku akan mengembalikan semuanya. #

Molly menatap sekeliling. Dia berfikir, apakah dia yang diajak bicara?

# Suara 3           : Kau tidak akan menemukanku dimana-mana, karena aku ada didalam dirimu. #

Molly kebingungan. Ya, yang dirasakannya sekarang adalah bingung dan terkejut, meskipun ketakutannya juga masih ada. Sedikit.

# Suara 3         : Ceritanya panjang, jadi tidak perlu kuceritakan disini. Yang perlu kau lakukan sekarang hanyalah tertidur. Maka semuanya akan kembali. #

Molly masih terlihat bingung.

“Tidur?.......” gumamnya

# Suara 4         : Dasar orang bodoh..

Suara 3         : Allen, diamlah. #

“Allen?............”

Molly makin terlihat bingung.

# Suara 3         : Dia adalah bagian dari kami, kau tidak perlu menghiraukannya. Kau hanya perlu tidur. #

“Tidur?.........”

Molly mengulangi pertanyaannya.

# Suara 3         : Ya, tertidur. Hanya tertidur..... Tidurlah!.... #

Molly dengan masih dipenuhi pertanyaan diotaknya, memilih untuk mengikuti suara itu. Tidak peduli dia ada dimana sekarang ini.



.......................



Back to            =>                               _ ADEGAN 1 _



Molly tengah duduk di sebuah kursi. Dia sedang tidur dengan posisi duduk. Dia benar-benar sudah kembali. Mungkin.

Sania datang dari arah sampingnya.

“Molly.... Molly.... Kau tertidur lagi? Ini masih siang Molly”

Sania mencoba untuk membangungkan Molly dengan mengguncangkan tubuh Molly.

Tidak sia-sia, karena Molly berhasil bangun dari tidurnya. Dia menggosok-gosokkan tangannya di mata, seperti orang yang baru bangun tidur pada umumnya.

“Kau sudah berapa lama tertidur disini?”

Molly masih belum sepenuhnya sadar.

“Molly,,” (sania menggoyang-goyangkan tangannya didepan wajah Molly).

“Buku!”

Seperti tersadar dari sesuatu, Molly langsung berdiri dan melakukan gerakan seperti mencari sesuatu.

“Buku? Buku apa?” (sania tidak mengerti apa yang dimaksud temannya)

“Buku!”

Molly tidak menghiraukan temannya. Dia masih tetap mencari bukunya.

Sania tidak lagi bertanya, tapi ikut mencari.

“Molly, Apakah ini yang kau maksud?”

Sania mengangkat sebuah buku yang covernya bertuliskan ‘TAK BERJUDUL’. Dia menemukan buku itu di bawah kursi.

Molly langsung meraih buku itu dan dia tersenyum.

“Ayo kita pergi” (menarik tangan sania)

Sania hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah taman baiknya itu.

Ditengah jalan, Molly melihat tempat sampah, dia berhenti didepan tempat sampah itu. Dan tebak apa yang dia lakukan? Dia membuang buku yang tadi di carinya setengah mati.

“Apa kau sudah gila? Kenapa membuang sesuatu yang susah di cari itu?”

Molly hanya tersenyum dan menarik tangan Sania lagi.

“Padahal aku juga ingin membaca buku unik itu.. Apa kau sudah membaca semua isi buku itu?”

Molly hanya menggeleng dan dia tetap tersenyum.

Mereka sudah tidak terlihat dipanggung, tapi suara Sania masih bisa terdengar.

“lalu kenapa kau membuangnya?”



TAMAT